1. Periode 1918- 1922

K.H. Ishak Bahsin, Ulama besar lulusan al-Azhar Mesir, pada periode ini mulai melaksanakan pengajaran ilmu-ilmu keislaman di rumah beliau di Sakatiga dengan menggunakan kitab-kitab kuning yang beliau pelajari di al-Azhar. Sistem yang digunakan masih bersifat tradisional. Non klasikal, non madrasah. Periode ini merupakan embrio dari madrasah formal yang beliau dirikan pada tahun tahun 1922.

 

  1. Periode 1922- 1942.

Setelah 4 tahun melaksanakan program pendidikan tradisional, maka pada tahun 1922, K.H. Ishak Bahsin mendirikan dan memimpin Madrasah Ibtidaiyah Siyasiyah Alamiyah di Sakatiga, sebuah madrasah formal setara madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dengan masa belajar 8 tahun. Selama 10 tahun madrasah ini melaksanakan program pendidikannya di bawah rumah penduduk. Pada tahun 1932 dibangun gedung madrasah dengan ruang belajar 5 lokal. K.H. Ishak Bahsin wafat pada tahun 1936. Kepemimpinan madrasah itu dilanjutkan oleh anak beliau K.H. Bahsin Ishak. Pada tahun 1942, saat madrasah ini memiliki 300 santri, gedung Madrasah ini dibakar oleh orang yang tak di kenal. Saat itu bertepatan dengan pendudukan jepang sehingga madrasah ini bubar.

 

  1. Periode 1949- 1962.

Tahun 1949, atas prakarsa K.H. Ahmad Qori Nuri dengan mengajak K.H. Ismail Muhyiddin, H. Yahya Muhyiddin dan para anggota Partai Syarikat Islam Indonesia Sakatiga, gedung yang sudah dibakar dibangun kembali. Pada tanggal 31 Agustus 1950 dimulai kegiatan belajar madrasah dengan nama baru Sekolah Menengah Islam (SMI) Sakatiga dipimpin oleh K.H. Ismail Muhyiddin. Sekolah Menengah Islam memiliki tiga tingkatan pendidikan, tingkat Ibtidaiyah (setara Tsanawiyah sekarang) dengan masa belajar 4 tahun dan tingkat Tsanawiyah (setara Aliyah sekarang) dengan masa 3 tahun. Tahun 1954 saat santri berjumlah 250 orang. K.H. Ismail Muhyiddin berpulang ke rahmatullah. Pimpinan SMI di amanatkan kepada K.H. Ahmad Qori Nuri. Selama 12 tahun periode ini jumlah santri berjumlah 400 orang dan lokal belajar berjumlah 8 lokal.

 

 

 

 

  1. Periode 1962- 1967.

Pada awal periode ini , tahun 1962, nama SMI diubah menjadi Madrasah Menengah Atas (MMA) Sakatiga, karena menyusuaikan dengan peraturan Departemen Agama waktu itu. Tingkatan pendidikannya terdiri dari tingkat Tsanawiyah (setara SMP) dengan masa belajar 4 tahun dan tingkat Aliyah (setara SMA) dengan masa belajar 3 tahun.

 

Pada awal tahun pelajaran 1967 santri MMA berjumlah 527 orang. Lokal belajar berkembang menjadi 11 lokal. Santri-santri bukan hanya dari Sumatera Selatan, tetapi juga dari provinsi-provinsi lain. Sejak era MMA tahun1962 sampai awal 1967 MMA Sakatiga dipimpin oleh K.H. Ahmad Qori Nuri.

 

 

  1. Periode 1967- sekarang.

Tahun 1967 muncul ide beberapa guru MMA sakatiga untuk menegerikan madrasah ini, dan menyerahkanya kepada pemerintah. Murid- murid K.H. Ishak Bahsin di Indralaya seperti H.Ahmad rifa’i , H. Hasyim, H. Nurhasyim Syahri, H. Hasanuddin Bahsin, dan Hajiro Burhan memandang bahwa MMA Sakatiga pada hakikatnya lanjutan usaha jihad K.H. Ishak Bahsin, yang jika diserahkan kepada pemerintah akan kehilangan nilai sejarahnya. Untuk memelihara nilai-nilai sejarah dan keberkahan K.H. Ishak Bahsin, maka murid-murid beliau tersebut dengan dukungan penuh tokoh-tokoh masyarakat Indralaya H. Ahmad Rozak, H. Hasyim Syukri, H. Hasyim, K. Azro’i Muhyiddin, Ilyas Ishak, H. Ahma  Rozak, M. Rodi, Ahmad Lutfi, H. Hasanuddin, M. Syahri dan lain-lain. Mereka sepakat memindahkan MMA Sakatiga ke Indralaya dan meminta K.H. Ahmad Qori Nuri untuk memimpin madrasah. K.H. Ahmad Qori Nuri menyepakati permintaan ini dan mengajak adik-adiknya K.H. Abdul Hamid Nuri, K. Buhairi Nuri, K. Azhari Nuri dan K.H. Amin Nuri untuk mengajar. Pada 10 Juli 1967 resmi berdiri MMA al-Ittifaqiah Indralaya, dengan surat izin / persetujuan Inspeksi Pendidikan agama kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Sumatera Selatan tanggal 28 Juli 1967 NO. 1796/AI/UM/F/1967.

 

Madrasah ini memiliki dua tingkatan : Tsanawiyah (setara SMP) masa belajar 4 tahun, dan Aliyah (Setara SMA) masa belajar 3 tahun. Sejak awal berdiri telah memiliki 80 orang santri. Tempat belajar pada waktu itu menumpang gedung Madrasah al-Ittifaqiah Islamiah (MMI) Indralaya yang terletak di dekat masjid KUBRO Indralaya. MII ini sudah berdiri 1 tahun sebelumnya. MMI kemudian menjadi bagian dari MMA al-Ittifaqiah Indralaya (saat itu setingkat Ibtidaiyah 4 tahun) yang saat ini menjadi Madrasah Diniah al Ittifaqiah dimana gedungnya sekarang ini menjadi tempat berlangsungnya kegiatan belajar Madrasah Diniah al Ittifaqiah sore hari dan Madrasah Ibtidaiyah al Ittifaqiah pagi hari.

 

 

  1. Ahmad Rifa’i H. Hasyim mewakafkan tanah seluas 80x50m² (4000m²) yang pada tahun 1968 dibangun gedung belajar MMA al-Ittifaqiah. Tanah Wakaf ini adalah cikal bakal dari kampus A yang menjadi pusat kegiatan Pondok Pesantren al Ittifaqiah pada saat ini dan sudah berkembang luasnya menjadi 33.330 m².

 

Tahun 1969 didirikan yayasan dengan nama Yayasan Islam al-Ittifaqiah dengan akte notaris aminus palembang nomor 2 Januari 1969. tanggal 11 Maret 1976, MMA al Ittifaqiah Indralaya berubah menjadi Pondok Pesantren al-Ittifaqiah dan dilaporkan oleh yayasan kepada Departemen Agama RI dengan surat no.504/YPI-3/76 tanggal 11 Maret 1976. K.H. Ahmad Qori Nuri menjadi Mudir Pondok Pesantren al-Ittifaqiah sampai wafat beliau pada hari Kamis, tanggal 11 April 1996. sejak itu kepemimpinan PPI dijalankan Wakil Mudir, K. Mudrik Qori. Dari Agustus 1997 sampai dengan Mei 1998 K. Muslih Qori menjadi pimpinan pondok ini. Sejak Juni 1998 sampai saat ini, Mudir Pondok Pesantren al-Ittifaqiah diamanatkan kepada Drs. K.H. Mudrik Qori, MA.

 

Madrasah Tsanawiyah terletak di jantung ibu kota Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, tepatnya di kota Indralaya Kecamatan Indralaya. Kabupaten Ogan Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. dari kota Palembang ibu kota Sumatera Selatan berjarak 36 km kearah Selatan (Propinsi Lampung) ditempuh hanya satu jam perjalanan dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin Palembang. Dekat sekali dengan kampus Universitas Sriwijaya  (hanya 3 km kearah selatan Jl. Raya Lintas Timur), berada persis di pinggir Jalan Raya Lintas Timur.

 

Saat ini kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah al Ittifaqiah 2 dipercayakan oleh Yayasan Islam al Ittifaqiah kepada Huzairi, S.Pd.I, sebelumnya ada beberapa orang yang menduduki jabatan tersebut, diantaranya ;

  1. Suib Rizal, M.Pd (2016 – 2018)
  2. Nungcik, S.Pd., MM (2018 – 2019)
  3. Huzairi, S.Pd.I (Sampai sekarang)